NASIONAL & INTERNASIONAL
TANAH PAPUA
‹
›
PUISI
AKTIVIS
MILITERISME
SUARA MAHASISWA
VIDEO & FOTO
Pemandangan daerah Deiyai dari udara. Foto: Ist. |
Awal Januari 2014 di Ukaago Kagouda. Malam itu, walau harus menahan
dingin, saya dan beberapa orang berkesempatan menikmati indahnya daerah
Deiyai di malam hari. Memandang sekeliling Tigi Peku (Danau Tigi), dari
Tanjung Ukaago, temaram cahaya lampu tampak di sebagian kampung sekitar
pinggir danau ini.
Angin malam berhembus lebih kencang.
Di depan kami, di pinggir danau, terdengar bunyi ombak.
Beda dengan Jayapura di waktu malam, dari Argapura kita bisa melihat terang benderangnya kawasan pantai Dok 2. Di Deiyai, pada malam hari, sebagian rumah masyarakat diterangi cahaya lampu bersumber dari tenaga surya. Panel soralcell yang dibagikan pemerintah daerah kepada masyarakat sejak dua tahun lalu, membuat Deiyai berubah bak kota besar.
"Wah, Deiyai terang sekali," pikirku.
Pemandangan malam di daerah ini memang sudah tak seperti dulu. Bila ada pasokan listrik milik PLN, mungkin nanti tampak seperti kota metropolitan? Kota industri? Kota wisata? Entahlah! Untuk sementara, sepertinya belum jelas. Dalam master plan Kabupaten Deiyai, ada?
Ketika kami berdiri di puncak Ukagouda bersama saudara-saudara, memandang ke Tigi bagian utara (Gakokebo) sampai Okomokebo, rumah-rumah warga dihiasi lampu soralcell. Pun, di Tigi Barat. Mulai dari Dedoutei sampai Ataidimi, perbatasan Kabupaten Dogiyai, sepintas tampak indah.
Di arah Timur, pemandangan di malam itu tak kalah dari dari kampung lain di Deiyai.
Wilayah yang benar-benar seperti dari Argapura memandang Dok 2 pada malam hari yaitu Tigi Selatan. Di sana, ada kampung Diyai, Bomou sampai Wakeitei, ibu kota Kabupaten Deiyai.
Pada siang hari, di tengah danau Tigi tampak jelas pulau Duwamo. Indah panoramanya. Kesan itu akan didapat jika sedang melewati Kibitamo ataupun dari Bomou dan Meiyepa.
Posisi pulau Duwamo di tengah danau memberi gambaran strategis Deiyai kelak dibuat jadi kota wisata. Di pulau ini tumbuh pohon Wagadei. Ada batu-batu indah. Airnya jernih. Bisa mancing ikan, menangkap udang.
Pulau ini punya sejarah. Sejarahnya, konon menurut cerita leluhur, penuh misteri. Beberapa orang yang sempat ke pulau itu, mengaku pernah melihat sejumlah barang sakral. Bahkan, kabarnya, di Kogebiyo, terdapat patung Santa Maria dan Santo Yosep. Kogebiyo tak jauh dari kampung Kigimei.
Pemandangan pada malam hari, sekitar Danau Tigi yang tampak gelap dibuat terang dengan cahaya lampu di pemukiman warga. Tigiebobe (sekeliling Tigi) kini berubah. Belum lagi saat bulan terang, danau ini tampak indah dipandang. Di sana kelihatan masyarakat sedang mencari ikan, udang, dll dengan cara mancing, pakai jaring atau pukat .
Danau Tigi bagi masyarakat di sekitarnya, tempat mencari nafkah. Sayangnya, akhir-akhir ini danau mulai diselimuti tumbuhan lumut dan sejenisnya. Itu menyempitkan luasan danau.
Tentu perlu upaya pemerintah mengatasinya. Kasihan jika dibiarkan, sudah pasti tempat pencarian nafkah akan terancam.
***
Tigi sebelumnya sebuah Kecamatan (Distrik) dalam wilayah pemerintahan Kabupaten Paniai. Ibukotanya di Waghete (baca: Wakeitei). Tahun 2008, Tigi dimekarkan jadi satu daerah otonom baru (DOB) bersamaan Kabupaten Intan Jaya.
Diresmikan Menteri Dalam Negeri, Mardiyanto pada 29 Oktober 2008 dengan dasar hukum pembentukan kabupaten ini adalah UU Nomor 55.
Daerah ini sejak lama bersentuhan dengan dunia luar. Pater Tillemans MSC pertama kali membawa Injil ke Tigi. Beberapa Pos Pewartaan dibuka di daerah ini.
Luas Kabupaten Deiyai adalah 537,39 Km2. Terdapat 5 distrik, dengan 31 kampung.
Tigi, sebutan umum untuk daerah-daerah yang kini ada dalam Kabupaten Deiyai. Nama itu dikenal sejak dahulu.
Tigi punya cerita rakyat: "Tigi make tigiatitai". Artinya, dari Tigi akan dikumpulkan.
Kalimat itu sudah diwariskan leluhur orang di Deiyai. Pada masa sekarang sering dibicarakan oleh kalangan masyarakat, misalnya jika Tigi atau Deiyai dibangun jadi kota besar, maka akan genapi cerita tadi. Mungkin karena itu, proses pembangunan infrastruktur (jalan, jembatan dan perkantoran) di kabupaten Deiyai dibangun dalam sekejab.
Proses pembangunan setelah kabupaten Deiyai dimekarkan, yang tampak jelas adalah pembangunan fisik: jalan dan jembatan. Sampai sekarang sedang dikerjakan.
Di wilayah Tigi Barat, tinggal berapa meter jalan tembus ke Ataidimi. Di bagian Selatan, jalan raya dari kampung Tenedagi sampai Oneibo, tinggal pengaspalan. Terus, beberapa kilo meter lagi dari Oneibo ke Kogemani, jalan keliling Danau Tigi tuntas.
Cerita berkembang di masyarakat melihat lajunya pembangunan infrastruktur di kabupaten Deiyai. Utamanya perkantoran di Tigido.
Menurut para tetuah, itu penggenapan cerita nubuat dari pendaluhu orang Deiyai. Jadi, cerita "Tigi make tigiatitai" itu punya makna, tetapi sulit diprediksi. Apakah yang dimaksudkan dari Tigi akan dikumpulkan, wujud-nyatakan cerita dalam Alkitab atau aspek pembangunan Deiyai kedepan yang dinubuatkan oleh para pendahulu orang Deiyai?
***
Lima tahun berlalu, sosok pemimpin sudah hadir di tengah masyarakat Tigi. Sejak 20 Agustus 2013, Dance Takimai dan Agustinus Pigome, Bupati dan Wakil Bupati periode 2013-2018 hasil pesta demokrasi perdana, sedang memimpin kabupaten ini. Mereka menjabatnya pasca dilantik Gubernur Provinsi Papua, Lukas Enembe.
Tak sedikit harapan masyarakat lima distrik digantungkan pada pemimpin daerah yang lahir dari proses pesta demokrasi panjang nan melelahkan.
Di sini saya tak beberkan satu per satu kerinduan itu. Tetapi baik jika kita melihat ke belakang. Refleksikan bagaimana kehidupan masyarakat Tigi sebelum perubahan, pemekaran kabupaten, terjadi.
Sebelum wilayah Tigi dimekarkan, tatanan kehidupan masyarakat begitu sehat. Bugi (kebun), owaa (rumah), piya (kayu), dan uwo (air), tak kekurangan. Semua lengkap.
Sebelum Tigi jadi Deiyai, semua warga punya tanaman di samping rumah. Ada kebun di lahan. Di tempat keramat pun dibuat kebun. Itu dilakukan masyarakat karena sering muncul musim kelaparan.
Setelah pemekaran?
Masyarakat sudah tinggalkan semua kebiasaan. Lupa berkebun. Mungkin lantaran masyarakat mulai dibentuk konsumtif dengan pengadaan beras JPS dan Raskin.
Dulu, setiap keluarga punya rumah adat. Sekarang? Semua bikin rumah modern. Dimana-mana terlihat rumah dengan daun seng. Tak ada rumah adat. Kalaupun ada, rumah adat di beberapa kampung bisa dihitung dengan jari.
Orang sudah tak mau lagi rumah beratap kulit kayu, alang-alang, atau sejenisnya. Mereka beranggapan, itu kuno. Beli paku untuk mengganti rotan, tehel diangkut ke kampung buat lantai rumah. Rumah adat hampir tak ada. Tradisi itu hilang, malah. Kebiasaan leluhur mulai ditelan jaman.
Kebanyakan lebih suka bangun rumah dengan gaya modern. Itu memang kemauan individu. Masyarakat secara perlahan mulai menyesuaikan dengan perkembangan jaman. Hanya, tak disadari bahwa rumah adat yang sudah lama ada itu kini sudah tak terlihat lagi di atas bumi Deiyai.
Lantas, dalam kondisi demikian, masihkah tetap mempertahankan nilai-nilai adat, tradisi, termasuk rumah adat? Entahlah! Faktanya, makin bergeser ke suasana baru bersamaan dengan kehadiran kabupaen baru.
***
"Tigiko aniya uwo ko ena" (Di Tigi airku bersih) adalah sebuah slogan yang dipakai bule (orang barat) pada saat pasang pipa air bersih keliling Tigi. Proyek ini dengan sumber air Diyaimoma di Tigi Barat.
Waktu itu, proyek air bersih berjalan baik. Tetapi tak bertahan lama. Masyarakat saat itu belum sambut baik kehadiran proyek air bersih. Karena tanpa ada proyek air bersih, di sana memang sudah ada air bersih dari berbagai sumber mata air dari gunung Deiyai (kali Itoka), kali Okomo, dan kali Aiya.
Pemerintah daerah jika mau membangun air bersih, alangkah baiknya pertimbangkan dulu: apakah layak atau tidak? Jangan sampai di kemudian hari air malah terkontaminasi zat kimia, misalnya.
***
Dalam kehidupan masyarakat Mee di daerah Tigi, Kabupaten Deiyai, piya (kayu) sangat penting. Pohon di hutan biasa ditebang, untuk aneka kebutuhan. Dibelah dan dijadikan papan untuk bikin rumah. Ada pohon tertentu dipilih kemudian dibuat jadi perahu, dayung. Juga pagar, kayu bakar, dan lain-lain.
Kayu bagi orang Mee, sejak dahulu kala, memang amat penting dalam kehidupan sehari-hari. Tak cuma sebagai kayu api untuk masak makanan, menghangatkan badan. Kayu juga bisa dibuat sebagai papan dan tiang rumah.
Pohon yang lazim ditanam yaitu cemara. Ada di seantero Deiyai. Sekarang pohon tersebut mulai habis. Di kampung Bomou, Diyai, Ayatei, misalnya, dulu cemara banyak ditanam masyarakat setempat. Kini, mulai hampir tiada.
Kayu di hutan wilayah Debey, Tigi Barat, biasa dimanfaatkan bikin perahu. Sebelumnya masyarakat ramai buat perahu, kemudian perahu itu dijual. Biasanya dibeli oleh masyarakat yang berdomisili di keliling danau Tigi. Uang hasil perahu digunakan untuk kebutuhan keluarga, biaya pendidikan anak, juga dipakai saat pesta Natalan ataupun pesta adat (yuwo), dll.
Belakangan pohon khusus untuk dibuat perahu sudah habis. Bibitnya tak ada untuk ditanam lagi.
Banyak perubahan sudah dan sedang terjadi. Tak sadar, kehidupan masyarakat Deiyai kian digilas arus modern. Satu bukti, sifat ketergantungan kepada pemerintah sudah membudaya. Tunggu uang Bandes, uang Turdes, uang Turkam. Tunggu beras JPS, tunggu beras Raskin. Ah, kalo begini, salah siapa?
Lepas dari itu, dulu masyarakat mengenal daerah ini Tigi, kini Deiyai, lantas ke depan apa?
Mateus Badii adalah Mahasiswa Papua, Wartawan majalahselangkah.com
Angin malam berhembus lebih kencang.
Di depan kami, di pinggir danau, terdengar bunyi ombak.
Beda dengan Jayapura di waktu malam, dari Argapura kita bisa melihat terang benderangnya kawasan pantai Dok 2. Di Deiyai, pada malam hari, sebagian rumah masyarakat diterangi cahaya lampu bersumber dari tenaga surya. Panel soralcell yang dibagikan pemerintah daerah kepada masyarakat sejak dua tahun lalu, membuat Deiyai berubah bak kota besar.
"Wah, Deiyai terang sekali," pikirku.
Pemandangan malam di daerah ini memang sudah tak seperti dulu. Bila ada pasokan listrik milik PLN, mungkin nanti tampak seperti kota metropolitan? Kota industri? Kota wisata? Entahlah! Untuk sementara, sepertinya belum jelas. Dalam master plan Kabupaten Deiyai, ada?
Ketika kami berdiri di puncak Ukagouda bersama saudara-saudara, memandang ke Tigi bagian utara (Gakokebo) sampai Okomokebo, rumah-rumah warga dihiasi lampu soralcell. Pun, di Tigi Barat. Mulai dari Dedoutei sampai Ataidimi, perbatasan Kabupaten Dogiyai, sepintas tampak indah.
Di arah Timur, pemandangan di malam itu tak kalah dari dari kampung lain di Deiyai.
Wilayah yang benar-benar seperti dari Argapura memandang Dok 2 pada malam hari yaitu Tigi Selatan. Di sana, ada kampung Diyai, Bomou sampai Wakeitei, ibu kota Kabupaten Deiyai.
Pada siang hari, di tengah danau Tigi tampak jelas pulau Duwamo. Indah panoramanya. Kesan itu akan didapat jika sedang melewati Kibitamo ataupun dari Bomou dan Meiyepa.
Posisi pulau Duwamo di tengah danau memberi gambaran strategis Deiyai kelak dibuat jadi kota wisata. Di pulau ini tumbuh pohon Wagadei. Ada batu-batu indah. Airnya jernih. Bisa mancing ikan, menangkap udang.
Pulau ini punya sejarah. Sejarahnya, konon menurut cerita leluhur, penuh misteri. Beberapa orang yang sempat ke pulau itu, mengaku pernah melihat sejumlah barang sakral. Bahkan, kabarnya, di Kogebiyo, terdapat patung Santa Maria dan Santo Yosep. Kogebiyo tak jauh dari kampung Kigimei.
Pemandangan pada malam hari, sekitar Danau Tigi yang tampak gelap dibuat terang dengan cahaya lampu di pemukiman warga. Tigiebobe (sekeliling Tigi) kini berubah. Belum lagi saat bulan terang, danau ini tampak indah dipandang. Di sana kelihatan masyarakat sedang mencari ikan, udang, dll dengan cara mancing, pakai jaring atau pukat .
Danau Tigi bagi masyarakat di sekitarnya, tempat mencari nafkah. Sayangnya, akhir-akhir ini danau mulai diselimuti tumbuhan lumut dan sejenisnya. Itu menyempitkan luasan danau.
Tentu perlu upaya pemerintah mengatasinya. Kasihan jika dibiarkan, sudah pasti tempat pencarian nafkah akan terancam.
***
Tigi sebelumnya sebuah Kecamatan (Distrik) dalam wilayah pemerintahan Kabupaten Paniai. Ibukotanya di Waghete (baca: Wakeitei). Tahun 2008, Tigi dimekarkan jadi satu daerah otonom baru (DOB) bersamaan Kabupaten Intan Jaya.
Diresmikan Menteri Dalam Negeri, Mardiyanto pada 29 Oktober 2008 dengan dasar hukum pembentukan kabupaten ini adalah UU Nomor 55.
Daerah ini sejak lama bersentuhan dengan dunia luar. Pater Tillemans MSC pertama kali membawa Injil ke Tigi. Beberapa Pos Pewartaan dibuka di daerah ini.
Luas Kabupaten Deiyai adalah 537,39 Km2. Terdapat 5 distrik, dengan 31 kampung.
Tigi, sebutan umum untuk daerah-daerah yang kini ada dalam Kabupaten Deiyai. Nama itu dikenal sejak dahulu.
Tigi punya cerita rakyat: "Tigi make tigiatitai". Artinya, dari Tigi akan dikumpulkan.
Kalimat itu sudah diwariskan leluhur orang di Deiyai. Pada masa sekarang sering dibicarakan oleh kalangan masyarakat, misalnya jika Tigi atau Deiyai dibangun jadi kota besar, maka akan genapi cerita tadi. Mungkin karena itu, proses pembangunan infrastruktur (jalan, jembatan dan perkantoran) di kabupaten Deiyai dibangun dalam sekejab.
Proses pembangunan setelah kabupaten Deiyai dimekarkan, yang tampak jelas adalah pembangunan fisik: jalan dan jembatan. Sampai sekarang sedang dikerjakan.
Di wilayah Tigi Barat, tinggal berapa meter jalan tembus ke Ataidimi. Di bagian Selatan, jalan raya dari kampung Tenedagi sampai Oneibo, tinggal pengaspalan. Terus, beberapa kilo meter lagi dari Oneibo ke Kogemani, jalan keliling Danau Tigi tuntas.
Cerita berkembang di masyarakat melihat lajunya pembangunan infrastruktur di kabupaten Deiyai. Utamanya perkantoran di Tigido.
Menurut para tetuah, itu penggenapan cerita nubuat dari pendaluhu orang Deiyai. Jadi, cerita "Tigi make tigiatitai" itu punya makna, tetapi sulit diprediksi. Apakah yang dimaksudkan dari Tigi akan dikumpulkan, wujud-nyatakan cerita dalam Alkitab atau aspek pembangunan Deiyai kedepan yang dinubuatkan oleh para pendahulu orang Deiyai?
***
Lima tahun berlalu, sosok pemimpin sudah hadir di tengah masyarakat Tigi. Sejak 20 Agustus 2013, Dance Takimai dan Agustinus Pigome, Bupati dan Wakil Bupati periode 2013-2018 hasil pesta demokrasi perdana, sedang memimpin kabupaten ini. Mereka menjabatnya pasca dilantik Gubernur Provinsi Papua, Lukas Enembe.
Tak sedikit harapan masyarakat lima distrik digantungkan pada pemimpin daerah yang lahir dari proses pesta demokrasi panjang nan melelahkan.
Di sini saya tak beberkan satu per satu kerinduan itu. Tetapi baik jika kita melihat ke belakang. Refleksikan bagaimana kehidupan masyarakat Tigi sebelum perubahan, pemekaran kabupaten, terjadi.
Sebelum wilayah Tigi dimekarkan, tatanan kehidupan masyarakat begitu sehat. Bugi (kebun), owaa (rumah), piya (kayu), dan uwo (air), tak kekurangan. Semua lengkap.
Sebelum Tigi jadi Deiyai, semua warga punya tanaman di samping rumah. Ada kebun di lahan. Di tempat keramat pun dibuat kebun. Itu dilakukan masyarakat karena sering muncul musim kelaparan.
Setelah pemekaran?
Masyarakat sudah tinggalkan semua kebiasaan. Lupa berkebun. Mungkin lantaran masyarakat mulai dibentuk konsumtif dengan pengadaan beras JPS dan Raskin.
Dulu, setiap keluarga punya rumah adat. Sekarang? Semua bikin rumah modern. Dimana-mana terlihat rumah dengan daun seng. Tak ada rumah adat. Kalaupun ada, rumah adat di beberapa kampung bisa dihitung dengan jari.
Orang sudah tak mau lagi rumah beratap kulit kayu, alang-alang, atau sejenisnya. Mereka beranggapan, itu kuno. Beli paku untuk mengganti rotan, tehel diangkut ke kampung buat lantai rumah. Rumah adat hampir tak ada. Tradisi itu hilang, malah. Kebiasaan leluhur mulai ditelan jaman.
Kebanyakan lebih suka bangun rumah dengan gaya modern. Itu memang kemauan individu. Masyarakat secara perlahan mulai menyesuaikan dengan perkembangan jaman. Hanya, tak disadari bahwa rumah adat yang sudah lama ada itu kini sudah tak terlihat lagi di atas bumi Deiyai.
Lantas, dalam kondisi demikian, masihkah tetap mempertahankan nilai-nilai adat, tradisi, termasuk rumah adat? Entahlah! Faktanya, makin bergeser ke suasana baru bersamaan dengan kehadiran kabupaen baru.
***
"Tigiko aniya uwo ko ena" (Di Tigi airku bersih) adalah sebuah slogan yang dipakai bule (orang barat) pada saat pasang pipa air bersih keliling Tigi. Proyek ini dengan sumber air Diyaimoma di Tigi Barat.
Waktu itu, proyek air bersih berjalan baik. Tetapi tak bertahan lama. Masyarakat saat itu belum sambut baik kehadiran proyek air bersih. Karena tanpa ada proyek air bersih, di sana memang sudah ada air bersih dari berbagai sumber mata air dari gunung Deiyai (kali Itoka), kali Okomo, dan kali Aiya.
Pemerintah daerah jika mau membangun air bersih, alangkah baiknya pertimbangkan dulu: apakah layak atau tidak? Jangan sampai di kemudian hari air malah terkontaminasi zat kimia, misalnya.
***
Dalam kehidupan masyarakat Mee di daerah Tigi, Kabupaten Deiyai, piya (kayu) sangat penting. Pohon di hutan biasa ditebang, untuk aneka kebutuhan. Dibelah dan dijadikan papan untuk bikin rumah. Ada pohon tertentu dipilih kemudian dibuat jadi perahu, dayung. Juga pagar, kayu bakar, dan lain-lain.
Kayu bagi orang Mee, sejak dahulu kala, memang amat penting dalam kehidupan sehari-hari. Tak cuma sebagai kayu api untuk masak makanan, menghangatkan badan. Kayu juga bisa dibuat sebagai papan dan tiang rumah.
Pohon yang lazim ditanam yaitu cemara. Ada di seantero Deiyai. Sekarang pohon tersebut mulai habis. Di kampung Bomou, Diyai, Ayatei, misalnya, dulu cemara banyak ditanam masyarakat setempat. Kini, mulai hampir tiada.
Kayu di hutan wilayah Debey, Tigi Barat, biasa dimanfaatkan bikin perahu. Sebelumnya masyarakat ramai buat perahu, kemudian perahu itu dijual. Biasanya dibeli oleh masyarakat yang berdomisili di keliling danau Tigi. Uang hasil perahu digunakan untuk kebutuhan keluarga, biaya pendidikan anak, juga dipakai saat pesta Natalan ataupun pesta adat (yuwo), dll.
Belakangan pohon khusus untuk dibuat perahu sudah habis. Bibitnya tak ada untuk ditanam lagi.
Banyak perubahan sudah dan sedang terjadi. Tak sadar, kehidupan masyarakat Deiyai kian digilas arus modern. Satu bukti, sifat ketergantungan kepada pemerintah sudah membudaya. Tunggu uang Bandes, uang Turdes, uang Turkam. Tunggu beras JPS, tunggu beras Raskin. Ah, kalo begini, salah siapa?
Lepas dari itu, dulu masyarakat mengenal daerah ini Tigi, kini Deiyai, lantas ke depan apa?
Mateus Badii adalah Mahasiswa Papua, Wartawan majalahselangkah.com
Sumber : http://majalahselangkah.com/content/dari-tanjung-ukago-melihat-deiyai-dengan-segala-perubahan
ARTIKEL & OPINI - SUARA MAHASISWA
Oknum polisi memukul siswa dengan popor senjata sesaat setelah insiden tawuran antar pelajar di Wamena (Video Captured) |
Berita selengkapnya bisa klik di sini : http://tabloidjubi.com/2013/11/16/video-brutalnya-polisi-siswa-dikeroyok-pakai-senjata/
Video kekerasan brutal Polisi di Papua bisa di lihat ini:
MILITERISME - VIDEO & FOTO
Putri Melanesia West Papua( foto.Lince Charoline Yollanda Tabuni) |
"AKU ANAK PAPUA"
kisahku anak papua, berkulit hitam, berwajah hitam,
hatiku bagaikan mutiara hitam memancarkan sinar sepanjang masa...
Aku anak papua yang punya harga diri,
biar kulitku hitam,
biar rambutku
kriting bukanlah masalah bagiku
kriting bukanlah penghalang bagiku,sebab orang tidak pernah mengatakan putih manis melainkan hitam manis............!!!
Melanesya girl from west papua
PUISI
Yalli Pahabol, Korban Pembunuhandi Yahukimo |
Yahukimonews: pada senin, 14 Juli 2014 di Yahukimo seorang gadis di temukan tewas di dekat kantor komisi
pemilihan umum daerah (KPUD) Yahukimo. Kabak, salah seorang warga yang
juga keponakan (Baca : Mama Ade) korban, membenarkan hal itu. Kabak yang
dihubungi via ponselnya pada sore itu, kepada yalivoice kabak
menjelaskan, pada sore hari (13/7) korban keluar rumah, hingga pagi.
Sudah larut malam, kami tidak cari lagi. Korban juga belum punya
handphon sehingga mau hubungi dia susa. Jelanya.
Pada 14 juli 2014, penemuan sosok gadis
ditemukan di dekat kantor KPUD yahukimo. Kantor tersebut jaraknya
sekitar tiga (3) kilo dari rumah korban. Korban sendiri tinggal di
pemukiman jalur satu, dekai.
Polisi dari satuan polres yahukimo
evakuasi jasad korban hingga di rumah sakit umum daerah dekai. Ribuan
orang datang menyaksikan korban yang terkuyur darah. Saat penemuan
mayat, keluarga korban maupun seluruh warga dekai sulit memastikan
korban. Hal itu dikarenakan korban adalah orang baru turun dari
pedalaman yahukinmo. Korban baru bebera hari di dekai. Jelasnya.
Lambat laun cek semua keluarga satu
persatu, ternyata Yalli Pahabol putri dari Bapak Salmon Pahabol tidak
ada. Korban adalah putri dari bapak Pahabol. Akuinya,
Di rumah sakit, kata kabak, polisi
melarang untuk warga memasuki kamar mayat dengan alas an korban dalam
keadaan telanjang. Jadi tidak semua orang masuk untuk memastikan korban.
Namun nyatanya korban tidak seperti yang katakana polisi. jelasnya.
Setelah memastikan korban adalah putri dari Salmon Pahabol. Korban kemudian di bawa ke rumah duka di jalan pemukiman jalur satu.
Korban di duga dibunuh oleh lebih dari
satu orang. Hal itu terlihat dari beberapa tanda-tanda penganiayaan yang
terdapat pada tubuh korban. Korban juga diduga sempat melakukan
perlawanan. Namun apa daya, wanita ibarat bangsa yang lemah, akhirnya
berakhirlah sudah nyawa korban di tangan para pelaku.
Korban dibunuh oleh para pelaku dengan
menggunakan senjata tajam (setam) korban ditikam pisau. Pisau dari
bagian kiri pinggang tembus kanan, tulang leher di patahkan dengan
menggunakan balok. Mata korban dicunggil dan di hancurkan dengan batu.
Setelah itu para pelaku mengikatnya dengan tali lalu di tarik terus
sampai di sebuah tempat di kilo tiga dekat kantor KPU baru.
Tempat kejaadian perkaran (TKP) jauh dari
pemukiman warga, tiga kilo meter dari tempat warga bermukim sehingga
para pelaku melakukan penganiayaan hingga penghilangan paksa nyawa
dengan leluasa. Jelas kabak dengan nada sedi.
Ketika ditanya sebab apakah korban
dibunuh, kabak menjelaskan korban di bunuh oleh lebih dari satu orang.
Pelakunya adalah berinial MW, orang Biak. Tapi bukan dia sendiri,
dibekang dia pasti ada yang lain. Motif pembunuhannya jelas, korban
dibunuh. MW, sebelumnya mempunyai network dengan kopasus dan densus 88
di wilayah itu. MW, kata kabak, perna ke Ninia untuk sengsor kayu. Saat
MW disana, Korban menjadi pembantu.
Korban sudah kenal lama dengan pelaku di
Ninia. Hanya saja belum tahu hubungan antara korban dan pelaku. Korban
di duga dibunuh karena hampir membongkar rahasia pelaku di Ninia.
Jelasnya.
Salah seorang saksi yang namanya enggan
diberitakan dalam media ini mengatakan dirinya sempat melihat korban
sore itu . korban sampai di onggo tomas, disitu seseorang tiba-tiba
menghentikan mobilnya di depan korban lalu menawarkan korban naik mobil.
Korban menolak tawaran itu, para pelaku terus membujuk hingga Korbanpun
naik mobil pelaku. DS mobilnya tidak ada, korban naik mobil lalu mereka
pergi, entah mau bawa kemana? Kami dengan berita hari ini, korban
ditemukan tewas. Jelasnya.
Identitas Korban.
Nama : Yalli Pahabol
Tempat & Tanggal lahir :Tanggeam, 7 Juni 1998
Umur : 16 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Suku bangsa : Yali Angguruk
Pekerjaan : Pelajar
Status : Belum Kawin
Korban Meninggal karena mengalami luka
berat di bagian Mata Kiri, di pipi terdapat dua tusukan serius, bagian
punggung terdapat tikaman hingga tembus dari kiri ke kanan, tulang leher
korban di patakan dan otak belakang peca.
Walaupun demikian, kasus tersebut sejauh
ini tidak ada penangan serius dari pihak kepolisian. Polisi tidak
menjelaskan kepada keluarga hasil dari oleh TKP kepada keluarga begitu
juga dokter dari rumah sakit dekai, mereka tidak sampaikan hasil otopsi.
Beberapa luka yang disebutkan di atas dipantau langsung oleh pihak
keluarga maupun semua warga saat korban di ruang mayat di RSUD Dekai.
Pembunuhan secara sewenang-wenang oleh
berinial MW terhadap Yalli Pahabil warga Papua asal Yahukimo ini bukan
baru. Sebelumnya seorang PNS asal Biak yang bertugas di Yahukimo, pada
11 juni 2013 bekerja sama dengan Densus 88.
Nobeth yang merupakan anak buah (PNS
BIAK) yang diduga menerima uang suap kemudian ia bekerja sama dengan
densus 88 dan menculik Nobeth di depan Gereja Metanoya Dekai. Video
Kesaksian Nobeth disini: http://www.youtube.com/watch?v=jSrkyNNGLRo
Orang Biak itu di bayar oleh kopasus
untuk kerja sama dalam penculikan activist papua Merdeka di Yahukimo,
hingga sekarang. Activis Papua merdeka sudah kantongi Identtas pelaku,
hanya saja tunggu waktu.
Kali ini kiliran yalli Pahabol. Korban
dibunuh oleh MW , Warga Biak. Karena hampir ketahuan rahasia (free Sex)
MW pasang Intel dan kopasus. MW, menggunakan mobil yang sering digunakan
densus 88 di wilayah. Mobil itu tanpa DS (nomor Polisi). Motif
pembunuhannya sama dengan penculikan Nobeth Magayang pada 2013 lalu. MW,
juga merupakan angota intel yang di tugaskan oleh militer Indonesia
untuk menjadi spionase Indonesia. Hingga berita ini ditulis belum ada
laporan tentang penguburan jenaza korban.
Notes: Ingat bahwa pembunuhan terhadap
rakyat yahukimo khusus dan orang pegunungan tengah umumnya yang
dilakukan oleh orang-orang pantai, misalnya orang Biak, orang Sentani,
orang jayapura dan sebagainya adalah kerja intelejen dan agenda utama
Indonesia, agar dengan begitu mereka dapat mengotak-kotakan orang Papua
gunung dan papua pantai. Dan disitulah akan tercipta konflik horizontal.
Kami mengimbaukan kepada para pemerhati
hak asasi manusia di dunia bahwa; papua berada dalam ancaman serius oleh
Negara dan militer Indonesia. Tolong kami dan selamatkan nyawa kami.
MILITERISME
Demi menjalin persatuan dan kesatuan, Ikatan Lahir dan Besar Wamena
atau yang lebih dikenal Labewa se-Indonesia akan melakukan konser Music
Reggae Night. Kegiatan tersebut pihaknya telah menyediakan karcis
berjumlah 5.000 buah dan acara konser 5 hari terhitung (23-27/07).
Hal tersebut disampaikan ketua panitia pelaksana, Albert Wanimbo,
kegiatan tersebut akan melibatkan sejumlah music band ternama di tanah
Papua dan group-group music lainnya di Lapangan Trikora Abepura, Rabu
(23/07).
“Tujuan dari konser music ini adalah, merangkul semua orang-orang
Lahir dan Besar Wamena (Labewa) yang jalan masing-masing di seluruh
Papua bahkan di seluruh Indonesia. Karena selama ini diketahui Labewa
itu hanya orang Paniai atau hanya orang Pegunungan Bintang saja, padahal
Labewa itu ada dari Biak, Serui, Jayapura bahkan anak-anak dari Ambon
dan daerah lainnya. Sehingga dengan ivent seperti ini kami akan mendata
secara akurat,” kata Albert Wanimbo.
Dikatakan Albert, selain tujuan merangkul juga mencari dana dalam
rangka menyukseskan Rapat Kerja Kepengurusan Labewa tahun 2014. “Tujuan
lainnya yang utama ialah, mencari dana dalam rangka Raker pertama yang
akan kami laksanakan di Wamena tanggal 04 Agustus 2014 mendatang,”
imbuhnya.
Ia menjelaskan, group band ternama di Papua yang akan mengisi selama
kegiatan itu antara lain, Gorby Band, Lunggit Band, Melanesian Band,
D’Sagu Band, Tropikan Band.
“Yang akan jadi bintang tamu dalam konser music ini dari
senior-senior Labewa sendiri, yaitu Lanni Muluk Band. Meraka akan datang
besok dari Wamena. Jadi dalam konser ini akan diisi dengan berbagai
jenis music, reggae, pop dan lainnya,” jelas Wanimbo berbadan gode ini. (Abeth Abraham You)
sumber: http://www.zonadinamika.com/serba-serbi/2014/07/23/labewa-se-indonesia-akan-konser-music-reggae-night
NASIONAL & INTERNASIONAL
Langganan:
Postingan (Atom)
Recent Comments